Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah suatu teori dari
segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang
memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai
memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin
utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.
Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis
pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan
suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku
dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau
tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Utilitarianisme
dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1784 – 1832). Dalam ajarannya
Ultilitarianisme itu pada intinya adalah “ Bagaimana menilai baik atau buruknya
kebijaksanaan sospol, ekonomi dan legal secara moral” (bagaimana menilai
kebijakan public yang memberikan dampak baik bagi sebanyak mungkin orang secara
moral). Etika Ultilitarianisme, kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sama – sama
bersifat teologis. Artinya keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasar
pada baik atau buruknya suatu keputusan.
Teori Tujuan Perbuatan
Menurut kaum
utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari atau
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi
diri sendiri ataupun orang lain. Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar
kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan
dilakukan. Perbuatan harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada
penderitaan, manfaat daripada kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi
sebagian besar orang. Dengan demikian, perbuatan manusia baik secara
etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain.
NILAI POSITIF ETIKA UTILITARIANISME
Etika utilitarianisme memiliki daya
tarik tersendiri yang melebihi daya tarik etika deontologis. Yang paling
mencolok, etika utilitarianisme tidak memaksakan ssesuatu yang asing kepada
kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa
yang menurut pada penganutnya dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari.
Bahwa sesungguhnya dalam kehidupan kita, dimana kita selalu dihadapkan pada
berbagai alternatif dan dilema moral, kita hampir selalu menggunakan
pertimbangan diatas. Etika ini menggambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan
oleh orang yang rasional dalam mengambil keputusan, khususnya keputusan moral,
termasuk dalam bidang bisnis. Ia merumuskan prosedur dan pertimbangan yang
banyak digunakan dalam mengambil sebuah keputusan, khususnya yang menyangkut
kepentingan orang banyak.
Secara lebih khusus, daya tarik ini
terutama didasarkan pada tiga nilai positif dari etika ini. Ketiganya berkaitan
dengan kriteria dan prinsip yang telah disebutkan. Nilai positif pertama adalah
rasionalitasnya, maksudnya prinsip moral yang mungkin tidak kita pahami dan
yang tidak bisa kita persoalkan keabsahannya. Justru sebaliknya,
utilitarianisme memberi kriteria yang objektif mengapa suatu tindakan dianggap
baik.
Kedua, utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan
hanya memberinya ketiga kriteria objektif dan rasional tadi. Tidak ada paksaan
bahwa orang harus bertindak sesuai dengan cara tertentu yang mungkin tidak
diketahuo alasannya mengapa demikian. Jadi, tindakan baik itu kita putuskan dan
pilih sendiri berdasarkan kriteria yang rasional bukan sekedar mengikuti
tradisi, norma, atau perintah terntentu.
Ketiga, unsur positif yang lain adalah universalitasnya, yaitu berbada
dengan etika teleologi lainnya yang terutama menekankan manfaat bagi diri
sendiri atau kelompok sendiri, etika utilitarianisme justru mengutamakan
manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan
dinilai baik secara moral bukan karena tindakan itu mendatangkan manfaat
terbesar bagi orang yang melakukan, melainkan karena tindakan itu mendatagkan
manfaat terbesar bagi semua orang yang terkait, termasuk orang yang melakukan
tindakan itu. Karena itu, utilitarianisme tidak bersifat egoistis. Semakin
banyak orang yang terkena akibat baik suatu kebijaksanaan atau tindakan,
semakin baik tindakan tersebut. Jadi, etika ini tidak mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan kepentingan pribadi atau berdasarkan akibat baiknya
demi diri sendiri dan kelompok sendiri.
ANALISA
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Dalam bidang ekonomi, etika utilitarianisme punya relevansi yang kuat dan dapat ditemukan dalam beberapa teori ekonomi yang populer. Sebut saja misalnya prinsip optimalis dari Pareto, yang menilai baik buruknya suatu sistem ekonomi. Suatu sistem ekonomi akan dinilai lebih baik kalau dalam sistem itu paling kurang satu orang menjadi lebih baik keadaannya dan tidak ada orang yang menjadi lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan sistem lainnya. Berdasarkan prinsip ini, pasar misalnya dianggap paling baik karena memungkinkan konsumen memperoleh keuntungan secara maksimal. Dengan kata lain, suatu sistem dinilai lebih baik karena mendatangkan manfaat lebih besar dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya.
Dalam bidang ekonomi, etika utilitarianisme punya relevansi yang kuat dan dapat ditemukan dalam beberapa teori ekonomi yang populer. Sebut saja misalnya prinsip optimalis dari Pareto, yang menilai baik buruknya suatu sistem ekonomi. Suatu sistem ekonomi akan dinilai lebih baik kalau dalam sistem itu paling kurang satu orang menjadi lebih baik keadaannya dan tidak ada orang yang menjadi lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan sistem lainnya. Berdasarkan prinsip ini, pasar misalnya dianggap paling baik karena memungkinkan konsumen memperoleh keuntungan secara maksimal. Dengan kata lain, suatu sistem dinilai lebih baik karena mendatangkan manfaat lebih besar dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya.
Dalam ekonomi, etika utilitarianisme juga relevan dalam konsep efisiensi
ekonimi. Prinsip efisiensi menekankan agar dengan menggunakan sumber daya
sekecil mungkin dapat dihasilkan produk sebesar-besarnya. Dengan menggunakan
sumber daya secara hemat harus bisa dicapai hasil yang maksimal. Karena itu,
semua perangkat ekonomi harus dikerahkan sedemikian rupa untuk bisa mencapat
hasil terbesar dengan menggunakan sumber daya sekecil mungkin. Ini prinsip
dasar etika utilitarianisme.
Dalam bidang bisnis, etika utilitarianisme juga mempunyai relevansi yang
sangat kuat. Secara khusus etika ini diterapkan, secara sadar atau tidak, dalam
apa yang dikenal dalam perusahaan sebagai the cost and benefit analysis. Yang
intinya berarti etika ini pun digunakan dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan
bisnis atau perusahaan, dalam segala aspek.
Langkah konkrit yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan
bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan dan
kegiatan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternatif kebijaksanaan dan kegiatan
itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi
kelompok-kelompok yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak
merugikan semua kelompok yang terkait dengan kepentingan tersebut.
KELEMAHAN ETIKA
UTILITARIANISME
Dibawah ini menyinggung beberapa
kelemahan etika utilitarianisme, tanpa bermaksud melangkah lebih jauh ke dalam
pendekatan fisiologis mengenai kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu:
a.
Manfaat
merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan malah
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Karena, manfaat bagi manusia berbeda
antara satu orang dengan orang yang lain. Sebuah tindakan bisnis bisa sangat
menguntungkan dan bermanfaat bagi sekelompok orang, tetapi bisa sangat
merugikan bagi kelompok lain. Masuknya industri ke daerah pedesaan bisa sangat
menguntungkan bagi sebagian penduduk desa, tetapi bahi yang lain justru
merugikan karena hilangnya udara bersih dan ketenangan di desa. Mengimpor
buah-buahan luar negeri bisa sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi konsumen
di daerah perkotaan tetapi tindakan yang sama bisa sangat merugikan petani
lokal. Maka, suhubungan itu terjadi kesulitan, siapa yang memutuskan
kepentingan siapa lebih penting daripada kepentingan orang lain. Siapa yang
memutuskan manfaat yang diperoleh kelompok tertentu lebih penting dari pada
manfaat yang diperoleh kelompok lain
b.
Persoalan
klasik yang lebih filosofis adalah bahwa etika utilitarianisme tidak pernah
menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri, dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya. Padahal,
sangat mungkin terjadi suatu tindakan pada dasarnya tidak baik, tetapi ternyata
mendatangkan keuntungan atau manfaat.
c.
Dalam kaitan
dengan itu, etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau
motivasi baik seseorang. Akibatnya, kendati seseorang mempunya motivasi yang
baik dalam melakukan tindakan tertentu, tetapi ternyata membawa kerugian yang
besar bagi banyak orang, tindakan itu tetap dinilai tidak baik dan tidak etis.
Padahal, dalam banyak kasus, sering kita tidak bisa meramalkan dan menduga
secara persis konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan. Sangat mungkin
terjadi bahwa akibar yang merugikan dari suatu tindakan tidak dilihat
sebelumnya dan baru diketahui lama sesudahnya.
d.
Variabel
yang dinilai tidak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu, sulit mengukur dan
membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variabel yang ada.
Secara khusus sulit untuk menilai dan membandingkan variabel moral yang tidak
bisa dikuantifikasi. Polusi udara, hilangnya air bersih, kenyamanan dan
keselamatan kerja, kenyamanan produk, dan seterusnya, termasuk nyawa manusia,
tidak bisa dikuantifikasi dan sulit bisa dipakai dalam menilai baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan manfaat-manfaat ini.
e.
Seandainya
ketiga kriteria dari utilitarianisme sangat bertentangan, ada kesulitan cukup
besar untuk menentukan prioritas diantara ketiganya.
f.
Kelemahan paling pokok dari etika utilitarianisme
adalah bahwa utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas. Jadi, kendati suatu tindakan merugikan
bahkan melanggar hak dan kepentingan kelompok kecil tertentu, tapi
menguntungkan sebagian besar orang yang terkait, tindakan itu tetap dinilai
baik dan etis. Artinya, etika utilitarianisme membenarkan penindasan dan
ketidakadilan demi manfaat yang diperoleh sebagian besar orang. Dengan hanya
mendasarkan diri pada manfaat keseluruhan, etika utilitarianisme membenarkan
suatu tindakan, tanpa menghiraukan kenyataan bahwa tindakan yang sama ternyata
merugikan segelintir orang tertentu. Jadi, suatu keijaksanaan bisnis akan
dinilai baik dan etis kalau menguntungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar